Selasa, 07 Juni 2011

Pembenihan Ikan Nila

PENDAHULUAN


       Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di asia tenggara ikan nila banyak dibudidayakan, terutama di Philipina, Malasya, Thailand dan Indonesia. Ikan ini sudah tersebar hampir keseluruh pelosok tanah air. Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke balai penelitian perikanan Bogor pada tahun 1969, setahun kemudian ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama ikan nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972, nama tersebut diambil dari nama Spesies ikan ini, yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi nila. Maka dalam budidaya ikan sudah lama dikenal banyak orang, namun metode yang digunakan masih bersifat tradisional dan sederhana. Untuk meningkatkan produksi ikan perlu kiranya dilakukan pengembangan dibidang budidaya ikan.Pembenihan merupakan mata rantai awal dalam kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan benih hingga ukuran tertentu. Kegiatan ini dimulai dengan persiapan kolam, penyediaan induk, pemeliharaan induk, pemijahan, pemeliharaan larva, pengendalian hama dan penyakit hingga pemanenan. Salah satu peranan pembenihan yaitu menghasilkan benih hinga ukuran konsumsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sumber protein hewani dalam menu makanan sehari-hari.

Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila
       Klasifikasi ikan nila, menurut Amri dan Khairuman (2003), adalah sebagai berikut :¨      
ikan nila
Filum                 : Choordata¨      
Sub Filum         : Vertebrata¨      
Kelas                : pisces¨     
Sub kelas         : Acanthoptherigii¨      
Ordo                  : Percomorphi¨      
Sub ordo           : Percoidea¨      
Famili                : Cichlidae¨      
Genus               : Oreochromis¨      
Species            : Oreochromis niloticus


       Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembanganya para pakar menggolongkan ikan nila ke dalam jenis Saroterodon niloticus atau kelompok ikan nila tilapia yang mengerami telur dan larva di dalam mulut induk jantan dan betina, akhirnya diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva ikan nila hanya induk betina. Para pakar perikanan kamudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama nilotica menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai nil dan benua Afrika. Secara alami ikan ini imigrasi dari habitat aslinya, yakni dibagian hulu sungai nil yang melewati ke arah selatan melalui danau Raft dan Tanganyika. Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam – kolam ikan di Chad dan Nigeria, dengan campur tangan manusia saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia sampai pelosok daerah terpencil.Ikan nila mempunyai bentuk badan agak memanjang dan pipih kesamping, warna hitam agak keputihan, sisik tersusun rapi. Mata ikan menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiruan. Ikan nila tergolong dalam omnivora, yaitu pemakan segala.

Kebiasaan Hidup di Alam           
       Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang sangat cocok dipelihara diperairan tenang, kolam maupun reservoir. Toleransi terhadap kadar garam/ salinitas sangat tinggi. Selain pada perairan air tawar, ikan ini juga sering ditemukan hidup dan berkembang pesat pada perairan payau, misalnya tambak (Sukma, 1984).

Kebiasaan makan/ feeding habits  
      Diperairan alam, ikan nila memakan plankton, Perifiton atau tumbuhan air yang lunak, bahkan cacing pun dimakan. Dari pemeriksaan secara laboratories pada perut ikan nila ditemukan berbagai macam jasad seperti Scenedemus, Detritus, Alga benang, Rototaria, Anabaena, Arcella, Copepod dan sebagainya. Dari penelitian lebih lanjut ternyata ikan nila ini kebiasaan makannya berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila lebih suka mengkonsumsi Zooplankton seperti Rotatoria, Copepod dan Cladocera (Khairuman, 2003).

Pembenihan Ikan Nila

A.  Persiapan Kolam
        Persiapan kolam pemijahan dimulai dari pengeringan kolam yang dilakukan 2- 3 hari. Pengeringan kolam ini dilakukan sampai dasar kolam  pecah– pecah. Selanjutnya dilakukan perbaikan pematang, kemalir, penutupan kebocoran yang mungkin terjadi. Sebaiknya dasar kolam dicangkul dan dibalik sedalam 30 cm dan menyingkirkan bahan dasar organik yang ada di dasar kolam akibat dari kelebihan pakan  yang berlebihan. Selanjutnya dilakukan pengapuran dengan tujuan untuk memberantas hama dan penyakit dengan menggunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha. Selanjutnya, dilakukan pemupukan yang bertujuan untuk menumbuhkan pakan organik. Pemupukan dengan menggunakan bahan organik berupa kotoran ternak sebanyak 250 – 1.000 gram/m2. Selain pengkapuran dan pemupukan, kolam dapat juga di berikan saponin. Kemudian terakhir adalah pengairan, yaitu pengisian air secara bertahap, mula-mula diairi sedalam  5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam, lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm, kemudian kolam siap ditebari induk ikan (Suyanto 2010).

B.  Persiapan Induk
        Keberhasilan pembenihan nila tergantung dari kualitas induk. Apabila kualitas induk baik, maka benih yang dihasilkan akan baik pula. Tanda – tanda induk yang mempunyai kualitas baik antara lain: badan sehat, bentuk badan normal, gerakan lincah serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan. Disini akan dilihat perbedaan kelamin antar nila yang jantan dan betina. Ikan jantan memiliki warna lebih cerah dari yang betina, alat kelaminnya terdapat pada satu lubang yang menghasilkan sperma, bila bagian perut diurut akan mengeluarkan sperma berwarna putih. Sedangkan pada nila betina memiliki warna tubuh agak gelap, alat kelamin berlubang dua, yaitu untuk air seni dan untuk mengelurkan telur, tubuh relatif pendek (Amri dan Khairuman, 2003).


Ciri- ciri induk matang gonad yaitu :
1).   Ciri induk jantan matang gonad
·   Dagu berwarna kehitam– hitaman
·   Sirip punggung dan ekor berwarna abu-abu kemerah– merahan
·   Alat kelamin meruncing
·   Gerakan agresif
2).   Ciri induk betina matang gonad
·   Dagu berwarna cerah, keputih – keputihan
·   Sirip punggung dan ekor berwarna abu-abu pucat pudar
·   Alat kelamin lebar dan meruncing
·   Gerakan lamban
Sumber : LRPBPAT Sukamandi (2010)


C.  Pemeliharaan Induk
      Suyanto (2010) padat penebaran pada nila jantan dan betina adalah 1 – 2 ekor/ m2. Pemisahan induk jantan dan betina bertujuan untuk memudahkan seleksi induk serta untuk memudahkan dalam membedakan induk yang sudah maupun yang belum dipijahkan. Untuk pemeliharaan induk , kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan. Selain itu, pemberian pakan tambahan harus mencukupi agar perkembangan gonad optimal. Pakan tambahan yang mencukpi sekitar 3% dari bobot total yang dipelihara. Air juga diusahakan harus tetap mengalir. Induk yang akan dipijahkan harus dipilih dahulu yaitu dengan berat 200 – 300 gram untuk betina dan 300 gram untuk jantan.

D.  Pengelolaan Pakan dan Air           
       Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein ( 28 - 30%). Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar dibandingkan 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran pengeluaran. Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva (Amri dan Khairuman, 2003).          
     Dosis pemberian pakan 3% dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari. Sedangkan pakan untuk larva yaitu menggunakan pakan alami yang tersedia di kolam pemeliharaan larva. Kualitas air diukur dengan menggunakan alat yang disebut water quality checkerWater quality checker ini berfungsi untuk mengukur kualitas air disuatu perairan, alat ini dapat mengukur beberapa parameter yaitu mengukur kadar oksigen (DO) terlarut, suhu dan pH.       
a. Suhu                
     Suhu merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup ikan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang tolerannya tinggi terhadap perubahan suhu. Berdasarkan pengukuran dengan alat water quality checker pada kolam pemeliharaan dan pemijahan nila suhunya sangat baik yaitu pada kisaran 26.60 C – 31.60 C.       
b.  DO (Dissolved oxygen)                 
     Ikan memerlukan oksigen untuk pernafasan agar ikan dapat hidup normal. Kandungan oksigen dalam air tidak boleh kurang dari 3 mg/l. Sumber oksigen dalam air berasal dari proses fotosintesis. Sumber lain yaitu berasal dari difusi udara. Berdasarkan pengukuran dengan alat water quality checker diperoleh DO berkisar antara 6.72 – 7.89 mg/l.       
c.  pH (derajat keasaman)                 
    pH digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik dan buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu, Jangkaru (1984) mengatakan bahwa perairan yang ber-pH rendah(asam) dianggap tidak produktif. Kegunaan dari mengetahui pH adalah untuk memastikan apakah perairan tersebut baik atau tidak untuk digunakan dalam kegiatan budidaya.


E.  Penebaran induk
        Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan, ditebarkan secara bersamaan. Padat tebar induk ikan nila adalah perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3 – 1 : 5, artinya untuk luas kolam lebar 50 m panjang 100 m bisa ditebarkan induk sebanyak 300 ekor induk jantan dan 900 ekor induk betina. Selama berada di kolam pemijahan, induk diberi makan berupa pakan (pellet) dengan dosis 3% bobot total/hari (Suyanto, 2010).

F.  Pemijahan dan Penetasan Telur
        Selama persiapan kolam, induk jantan dan betina dipisahkan agar tidak terjadi perkawinan dini. Ikan nila akan memijah setelah 5 – 6 bulan karena sudah matang gonad. Biasanya berat induk betina mencapai 200 – 500 gram dan induk jantan 250 – 300 gram. Ikan nila yang sudah ditebarkan biasanya memijah setelah seminggu sejak penebaran induk. Kolam yang digunakan untuk pemijahan harus memenuhi persyaratan yaitu air yang berkisar 40 – 60 cm serta dasar kolam sebaiknya berpasir. Pada saat sudah mulai memijah ikan nila jantan akan membuat lubang berupa cekungan di dasar kolam. Setelah cekungan selesai, maka pasangan nila pada sorenya akan memijah dicekungan itu. Setelah induk betina sudah matang gonad, cekungan tadi akan dibuahi oleh induk jantan. Telur yang dibuahi akan dipungut oleh betina dan dikulum dalam mulutnya. (Depertemen Kelautan dan Perikanan, 2003).            
      Telur menetas setelah 2 hari. Anak nila (burayak) yang baru menetas masih mengandung kantong kuning telur.  Ukuran burayak yang baru menetas antara 0.9 – 1 mm. Burayak ini masih terus tinggal didalam mulut induk hingga berumur 5 – 7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah itu burayak mulai mencari makan diluar mulut induknya (Suyanto, 2010).

G.  Hama Dan Penyakit
         Hama juga dikenal sebagai predator atau pemangsa. Hama berupa hewan, baik yang hidup didalam air maupun yang hidup didarat. Hama yang menyerang ikan nila antara lain ular, lingsang, kodok dan burung. Hama dapat ditanggulangi dengan membasmi hama tersebut ataupun dengan cara memasang perangkap. Kegiatan yang paling efektif adalah melokalisir seluruh areal perkolaman dengan pagar tembok sehingga hama tidak dengan mudah masuk keareal perkolaman. Sedangkan penyakit yang sering timbul pada ikan nila yaitu penyakit pada insang, gejala yang terlihat adalah pada bagian tutup insang terjadi pembengkakan, lembar insang pucat, kenudian penyakit pada organ dalam, gejala yang terlihat adalah perut ikan membengkak, sisik berdiri dan ikan tidak gesit. Untuk menaggulangi penyakit tersebut dilakukan dengan cara direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air. Pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

H.  Pemanenan Larva            
      Larva dipanen setelah induk melepaskan burayak dari dalam mulutnya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat tepat (paling lambat dua hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu panen yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika oksigen (O2) dalam jumlah banyak. Setelah burayak kuat berenang, induk nila mulai meninggalkan anaknya. Pada saat ini, sebaiknya mulai mengambil tindakan untuk memanen. Gerombolan burayak diserok menggunakan seser, biasanya tidak dapat menangkap semua burayak. Oleh karena itu, pemanenan dilakukan dengan mengeringkan kolam. Pengeringan kolam dilakukan pagi atau sore hari agar burayak tidak lemah karena tersinar matahari. Burayak kemudian dipindahkan ke kolam pendederan, sedangkan induknya dipindahkan ke kolam lain (Suyanto, 2010).

I.  Pemeliharaan Larva           
      Kolam pemeliharaan burayak disebut juga pendederan atau ipukan. Kolam ini berfungsi sebagai tempat pemeliharaan burayak nila yang sudah lepas dari asuhan induknya. Burayak yang telah lepas ini sudah mulai mencari makan sendiri, tetapi masih lemah dan belum dapat berenang cepat. Tempat pendederan ini dapat berupa kolam tanah, kolam atau bak semen yang dasarnya tanah ataupun semen. Dapat juga digunakan keramba jaring apung dengan mata jaring lebih kecil dari kasa nyamuk agar burayak tidak lolos. Luas kolam pemeliharaan sebaiknya tidak lebih dari 100 m2 untuk memudahkan pengendalian hama. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Padat penebaran 200 ekor/m2. Lama pemeliharaan burayak di dalam kolam ipukan antara 2-4 minggu. Pada saat ini benih ikan telah berukuran 3-5 cm. ukuran benih itu sudah dapat dijual atau dipindahkan ke dalam kolam pemeliharaan benih. Pada kolam tanah yang subur, banyak pakan alami sehingga tanpa diberi pakan tambahan pun burayak cepat tumbuh. Oleh karena itu, ipukan harus diberi pakan yang kuantitas dan kualitasnya cukup baik untuk memacu pertumbuhan burayak (Suyanto, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar